Pembukaan pasar saham hari ini menunjukkan kinerja yang menggembirakan bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), memperpanjang rentetan kenaikan selama empat hari berturut-turut. Pada awal sesi perdagangan Kamis, 10 Juli 2025, IHSG berhasil mencatat penguatan sebesar 0,36%, menempatkan posisinya di angka 6.968,80. Antusiasme investor terlihat jelas dengan dominasi saham-saham yang mengalami kenaikan; tercatat 195 saham menguat, sementara hanya 43 saham yang melemah, dan 292 saham lainnya stabil. Volume transaksi pada sesi pagi ini juga cukup substansial, mencapai Rp 149 miliar dari 227 juta saham yang diperdagangkan melalui 30.667 kali transaksi.
\nDi tengah optimisme domestik, pergerakan pasar Asia-Pasifik secara keseluruhan menunjukkan pola yang bervariasi, dipengaruhi oleh perkembangan kebijakan perdagangan internasional. Pengumuman Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengenai penerapan tarif baru sebesar 50% terhadap produk impor dari Brasil, mulai 1 Agustus mendatang, memicu reaksi beragam di pasar regional. Kenaikan tarif ini, yang jauh melampaui angka sebelumnya, diklaim sebagai respons terhadap apa yang dianggap Trump sebagai praktik dagang yang tidak adil, sekaligus berkaitan dengan isu hukum mantan Presiden Brasil Jair Bolsonaro. Indeks-indeks utama di Asia turut merasakan dampaknya, dengan Nikkei 225 Jepang dan Topix menunjukkan pelemahan, sementara Kospi Korea Selatan dan S&P/ASX 200 Australia justru mencatatkan kenaikan. Meskipun demikian, prospek IHSG hari ini diproyeksikan akan tetap positif. Dorongan utama datang dari maraknya transaksi saham-saham penawaran umum perdana (IPO) yang diperkirakan akan terus menopang penguatan sepanjang minggu. Data penjualan ritel di Indonesia yang menunjukkan tren positif juga turut menyumbangkan sentimen bullish, mengindikasikan adanya pemulihan daya beli masyarakat, khususnya untuk kebutuhan esensial. Namun, para pelaku pasar tetap harus mencermati rilis hasil rapat FOMC Minutes dan dinamika negosiasi dagang global, meskipun performa positif Wall Street diharapkan dapat menjadi katalis yang baik bagi pasar domestik.
\nKetahanan IHSG di tengah ketidakpastian global mengindikasikan fundamental ekonomi domestik yang cukup kuat dan kepercayaan investor yang terus meningkat. Ini adalah bukti bahwa dengan strategi yang tepat dan adaptasi terhadap kondisi pasar, pertumbuhan yang berkelanjutan adalah mungkin. Semangat untuk terus berinovasi dan berinvestasi dengan bijak akan menjadi kunci dalam meraih kemajuan di masa depan, membangun fondasi ekonomi yang lebih kokoh dan dinamis.
Pembukaan perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari ini diwarnai dengan perbedaan nasib yang mencolok bagi empat perusahaan yang baru melantai. Tiga di antaranya berhasil meroket, mencapai batas kenaikan harga tertinggi yang diizinkan, sementara satu emiten lainnya justru terjerembap, anjlok hingga menyentuh batas bawah.
\nPada hari ini, pasar modal menyambut empat pendatang baru dengan respons yang bervariasi. PT Diastika Biotekindo Tbk. (CHEK), distributor alat kesehatan, langsung mencuri perhatian dengan lonjakan harga signifikan pada debutnya. Saham CHEK langsung melesat 34,28% ke angka Rp 172 per saham, menyentuh batas Auto Reject Atas (ARA) di sesi pertama perdagangan. Perusahaan berhasil mengumpulkan dana segar senilai Rp 114,1 miliar dari penawaran umum perdana ini, yang rencananya akan dialokasikan untuk ekspansi bisnis di masa depan.
\nTidak hanya CHEK, PT Merry Riana Edukasi Tbk. (MERI), sebuah perusahaan edukasi yang terafiliasi dengan motivator ternama Merry Riana, juga mencatat kinerja luar biasa. Saham MERI dibuka melesat 34,38% ke harga Rp 172, langsung menyentuh batas ARA di pembukaan perdagangan. Dengan penawaran 266,66 juta saham atau 25% dari total modal, MERI berhasil meraup dana Rp 34,13 miliar. Emiten logistik, PT Trimitra Trans Persada Tbk (BLOG), juga tak kalah cemerlang. Saham BLOG yang dikenal dengan merek B-Log, dibuka dengan kenaikan 24,8% ke harga Rp 312 per lembar. Perusahaan ini berhasil menghimpun dana Rp 140,81 miliar dari IPO, dengan menawarkan 563,247,900 saham atau 16,67% dari modal disetor.
\nDi sisi lain, tidak semua emiten baru menikmati awal yang manis di pasar saham. PT Prima Multi Usaha Indonesia Tbk (PMUI), distributor voucher XL Smart, mengalami nasib yang berbanding terbalik. Berbeda dengan tiga emiten lainnya, PMUI gagal mencapai ARA dan justru terperosok ke zona merah. Saham PMUI dibuka pada harga Rp 160 per lembar, mengalami kontraksi 11,11% pada pembukaan perdagangan. Hanya dalam sepuluh menit, sahamnya anjlok lebih dalam hingga menyentuh batas Auto Reject Bawah (ARB), turun 15% ke level Rp 153 per saham. Kondisi ini mencerminkan tingginya tekanan jual, dengan antrean jual mencapai 375 ribu lot pada penawaran terendah, menunjukkan sentimen negatif investor terhadap saham ini. PMUI sendiri berhasil mengumpulkan modal sebesar Rp 208,8 miliar dari IPO dengan menawarkan 1,16 miliar saham baru, setara dengan 20% dari modal disetor.
Pada penutupan perdagangan pekan ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan peningkatan yang signifikan. Kenaikan ini terjadi meskipun investor asing secara keseluruhan mencatat penjualan bersih di pasar reguler. Namun, di balik angka penjualan bersih tersebut, terdapat sejumlah saham unggulan yang justru menjadi sasaran utama pembelian oleh investor asing. Pergerakan ini mengindikasikan adanya selektivitas yang tajam dari para investor global terhadap prospek beberapa emiten tertentu di tengah kondisi pasar yang dinamis.
Fenomena ini menyoroti strategi investor asing yang cenderung berfokus pada saham-saham dengan fundamental kuat atau potensi pertumbuhan jangka panjang, meskipun sentimen pasar secara umum menunjukkan aksi jual. Analisis terhadap saham-saham yang masuk dalam daftar 'belanja' investor asing memberikan gambaran tentang sektor-sektor atau perusahaan-perusahaan yang dianggap menarik dan berpotensi memberikan keuntungan di masa depan, menjadikannya informasi krusial bagi investor domestik maupun internasional.
Pada penutupan perdagangan Rabu (9/7/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menunjukkan performa positif, berhasil ditutup menguat 39,53 poin atau setara dengan 0,57%, mengakhiri sesi di level 6.943,92. Aktivitas transaksi di pasar modal tercatat cukup ramai dengan total nilai mencapai Rp10,49 triliun, melibatkan perputaran 26,20 miliar saham dalam 1,06 juta kali transaksi. Dari seluruh saham yang diperdagangkan, sebanyak 362 saham mengalami kenaikan, 205 saham melemah, dan 226 saham lainnya tidak menunjukkan perubahan signifikan. Meskipun IHSG mencatat penguatan, investor asing terpantau masih melakukan aksi jual bersih secara keseluruhan di seluruh pasar, dengan total nilai penjualan mencapai Rp367,14 miliar. Penjualan bersih terbesar terjadi di pasar reguler sebesar Rp382,95 miliar, menunjukkan preferensi mereka terhadap penyesuaian portofolio di segmen tersebut.
Di sisi lain, terdapat indikasi pembelian bersih yang dilakukan oleh investor asing di pasar negosiasi dan tunai, meskipun dengan nilai yang lebih kecil, yakni Rp15,80 miliar. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada kecenderungan jual secara umum, investor asing tetap jeli melihat peluang pada saham-saham tertentu di segmen pasar lain. Beberapa saham unggulan menjadi target utama pembelian bersih oleh investor asing, menandakan adanya kepercayaan terhadap prospek fundamental perusahaan-perusahaan tersebut. Daftar saham yang paling banyak diborong oleh investor asing meliputi PT Astra International Tbk. (ASII), PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk. (PANI), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM), PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), PT Adaro Andalan Indonesia Tbk. (AADI), PT Energi Mega Persada Tbk. (ENRG), PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS), PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA), PT Triputra Agro Persada Tbk. (TAPG), dan PT United Tractors Tbk. (UNTR). Pembelian yang terkonsentrasi pada saham-saham ini, meskipun di tengah arus penjualan bersih secara makro, menjadi indikator penting bagi investor lain untuk memahami sentimen pasar dan potensi pergerakan harga di masa mendatang.
Sesi perdagangan pada Rabu (9/7/2025) menunjukkan dinamika menarik di Bursa Efek Indonesia, di mana IHSG berhasil menutup hari dengan kenaikan yang solid. Peningkatan indeks ini memberikan sinyal positif bagi sentimen pasar domestik. Meskipun demikian, pola transaksi investor asing menunjukkan strategi yang lebih kompleks. Data menunjukkan bahwa meskipun terdapat penjualan bersih secara agregat di pasar saham, investor asing tidak sepenuhnya menarik diri dari pasar. Sebaliknya, mereka secara selektif memfokuskan investasinya pada sejumlah saham yang dianggap memiliki nilai atau potensi pertumbuhan yang kuat.
Strategi ini tercermin dari daftar saham yang menjadi incaran pembelian bersih mereka. Perusahaan-perusahaan seperti Astra International (ASII), Pantai Indah Kapuk Dua (PANI), dan Telkom Indonesia (TLKM) menduduki posisi teratas dalam daftar belanja investor asing. Kehadiran emiten-emiten besar dan solid ini, bersama dengan nama-nama lain seperti Aneka Tambang (ANTM) dan Adaro Andalan Indonesia (AADI), menegaskan bahwa investor global cenderung memilih aset-aset yang dianggap 'safe haven' atau memiliki fundamental yang kokoh di tengah volatilitas pasar. Analisis mendalam terhadap saham-saham yang diborong investor asing ini menjadi penting, karena dapat memberikan petunjuk mengenai arah investasi jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini juga menyoroti pentingnya diversifikasi portofolio dan pemahaman mendalam terhadap kondisi makroekonomi serta prospek sektoral dalam pengambilan keputusan investasi yang cerdas.