Pada tanggal 10 Juli 2025, PT Trimitra Trans Persada Tbk (BLOG), sebuah entitas bisnis di sektor logistik, secara resmi memulai perjalanan perdagangannya di Bursa Efek Indonesia. Peristiwa penting ini langsung menarik perhatian pasar, ditandai dengan lonjakan harga saham BLOG yang signifikan pada sesi pembukaan. Saham perusahaan berhasil mencapai Auto Rejection Atas (ARA), mengindikasikan tingginya minat dan kepercayaan investor terhadap prospek bisnisnya.
Dalam penawaran umum perdananya, BLOG melepas sebanyak 563.247.900 lembar saham kepada publik, yang merepresentasikan 16,67% dari total modal disetor pasca-IPO. Dengan harga penawaran Rp 250 per lembar, perusahaan berhasil menghimpun dana segar senilai Rp 140,81 miliar. Dana ini akan digunakan secara strategis untuk memperkuat pondasi perusahaan dan meningkatkan layanan.
Maickel Tilon, Direktur Utama PT Trimitra Trans Persada Tbk, menjelaskan bahwa perusahaan tidak hanya fokus pada jasa pengiriman paket, melainkan juga memperluas portofolio layanannya ke manajemen gudang, termasuk fasilitas gudang berpendingin. BLOG menargetkan diri untuk menjadi penyedia solusi logistik pihak ketiga (3PL) yang komprehensif, melayani beragam industri mulai dari ritel hingga makanan dan minuman.
Mayoritas dana hasil IPO, sekitar 67%, akan dialokasikan untuk penambahan modal pada anak perusahaan PT Simpan Sini Aja (SSA), khususnya untuk pembangunan tiga gudang berpendingin baru di lokasi strategis seperti Tangerang, Pontianak, dan Makassar. Sementara itu, sisa 33% dana akan digunakan untuk pengadaan 75 hingga 100 unit kendaraan, baik light truck jenis berpendingin maupun kering, untuk memperkuat kapasitas armada pengiriman perusahaan. Langkah-langkah ini menunjukkan komitmen BLOG untuk memperluas jangkauan distribusi dan meningkatkan efisiensi operasional.
Pembukaan pasar saham hari ini menunjukkan kinerja yang menggembirakan bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), memperpanjang rentetan kenaikan selama empat hari berturut-turut. Pada awal sesi perdagangan Kamis, 10 Juli 2025, IHSG berhasil mencatat penguatan sebesar 0,36%, menempatkan posisinya di angka 6.968,80. Antusiasme investor terlihat jelas dengan dominasi saham-saham yang mengalami kenaikan; tercatat 195 saham menguat, sementara hanya 43 saham yang melemah, dan 292 saham lainnya stabil. Volume transaksi pada sesi pagi ini juga cukup substansial, mencapai Rp 149 miliar dari 227 juta saham yang diperdagangkan melalui 30.667 kali transaksi.
\nDi tengah optimisme domestik, pergerakan pasar Asia-Pasifik secara keseluruhan menunjukkan pola yang bervariasi, dipengaruhi oleh perkembangan kebijakan perdagangan internasional. Pengumuman Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengenai penerapan tarif baru sebesar 50% terhadap produk impor dari Brasil, mulai 1 Agustus mendatang, memicu reaksi beragam di pasar regional. Kenaikan tarif ini, yang jauh melampaui angka sebelumnya, diklaim sebagai respons terhadap apa yang dianggap Trump sebagai praktik dagang yang tidak adil, sekaligus berkaitan dengan isu hukum mantan Presiden Brasil Jair Bolsonaro. Indeks-indeks utama di Asia turut merasakan dampaknya, dengan Nikkei 225 Jepang dan Topix menunjukkan pelemahan, sementara Kospi Korea Selatan dan S&P/ASX 200 Australia justru mencatatkan kenaikan. Meskipun demikian, prospek IHSG hari ini diproyeksikan akan tetap positif. Dorongan utama datang dari maraknya transaksi saham-saham penawaran umum perdana (IPO) yang diperkirakan akan terus menopang penguatan sepanjang minggu. Data penjualan ritel di Indonesia yang menunjukkan tren positif juga turut menyumbangkan sentimen bullish, mengindikasikan adanya pemulihan daya beli masyarakat, khususnya untuk kebutuhan esensial. Namun, para pelaku pasar tetap harus mencermati rilis hasil rapat FOMC Minutes dan dinamika negosiasi dagang global, meskipun performa positif Wall Street diharapkan dapat menjadi katalis yang baik bagi pasar domestik.
\nKetahanan IHSG di tengah ketidakpastian global mengindikasikan fundamental ekonomi domestik yang cukup kuat dan kepercayaan investor yang terus meningkat. Ini adalah bukti bahwa dengan strategi yang tepat dan adaptasi terhadap kondisi pasar, pertumbuhan yang berkelanjutan adalah mungkin. Semangat untuk terus berinovasi dan berinvestasi dengan bijak akan menjadi kunci dalam meraih kemajuan di masa depan, membangun fondasi ekonomi yang lebih kokoh dan dinamis.
Pembukaan perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari ini diwarnai dengan perbedaan nasib yang mencolok bagi empat perusahaan yang baru melantai. Tiga di antaranya berhasil meroket, mencapai batas kenaikan harga tertinggi yang diizinkan, sementara satu emiten lainnya justru terjerembap, anjlok hingga menyentuh batas bawah.
\nPada hari ini, pasar modal menyambut empat pendatang baru dengan respons yang bervariasi. PT Diastika Biotekindo Tbk. (CHEK), distributor alat kesehatan, langsung mencuri perhatian dengan lonjakan harga signifikan pada debutnya. Saham CHEK langsung melesat 34,28% ke angka Rp 172 per saham, menyentuh batas Auto Reject Atas (ARA) di sesi pertama perdagangan. Perusahaan berhasil mengumpulkan dana segar senilai Rp 114,1 miliar dari penawaran umum perdana ini, yang rencananya akan dialokasikan untuk ekspansi bisnis di masa depan.
\nTidak hanya CHEK, PT Merry Riana Edukasi Tbk. (MERI), sebuah perusahaan edukasi yang terafiliasi dengan motivator ternama Merry Riana, juga mencatat kinerja luar biasa. Saham MERI dibuka melesat 34,38% ke harga Rp 172, langsung menyentuh batas ARA di pembukaan perdagangan. Dengan penawaran 266,66 juta saham atau 25% dari total modal, MERI berhasil meraup dana Rp 34,13 miliar. Emiten logistik, PT Trimitra Trans Persada Tbk (BLOG), juga tak kalah cemerlang. Saham BLOG yang dikenal dengan merek B-Log, dibuka dengan kenaikan 24,8% ke harga Rp 312 per lembar. Perusahaan ini berhasil menghimpun dana Rp 140,81 miliar dari IPO, dengan menawarkan 563,247,900 saham atau 16,67% dari modal disetor.
\nDi sisi lain, tidak semua emiten baru menikmati awal yang manis di pasar saham. PT Prima Multi Usaha Indonesia Tbk (PMUI), distributor voucher XL Smart, mengalami nasib yang berbanding terbalik. Berbeda dengan tiga emiten lainnya, PMUI gagal mencapai ARA dan justru terperosok ke zona merah. Saham PMUI dibuka pada harga Rp 160 per lembar, mengalami kontraksi 11,11% pada pembukaan perdagangan. Hanya dalam sepuluh menit, sahamnya anjlok lebih dalam hingga menyentuh batas Auto Reject Bawah (ARB), turun 15% ke level Rp 153 per saham. Kondisi ini mencerminkan tingginya tekanan jual, dengan antrean jual mencapai 375 ribu lot pada penawaran terendah, menunjukkan sentimen negatif investor terhadap saham ini. PMUI sendiri berhasil mengumpulkan modal sebesar Rp 208,8 miliar dari IPO dengan menawarkan 1,16 miliar saham baru, setara dengan 20% dari modal disetor.